Minggu, 12 Desember 2010

Ketika Iptek Membunuh Imtaq

Perkembangan teknologi sering dianggap sebagai kebaikan atau kemudahan bagi para penggunanya. Namun, ketika nalar, iman dan skill kita belum memadai atau tidak siap mengikuti perkembangan tersebut, adakah kemudahan dan kebaikan yang dijanjikan itu bisa menjadi kenyataan, bisa kita nikmati ?

Perkembangan teknologi informasi, terkait teknologi telekomunikasi, telah menjadi fenomena masa kini. Berbagai jenis dan macam produk teknologi telekomunikasi terlahir dan mewarnai keseharian, untuk mendukung globalisasi dan konsep 'dunia tanpa batas'. Basic idea kelahiran teknologi ini sebetulnya sangat sederhana, yaitu : menghubungkan manusia antar seantero dunia. Upaya tersebut memang sudah lama menjadi basic idea dunia teknologi informasi, namun di jaman sekarang, strategi pemasaran menjadi inti dari segala kegiatan yang mencuat dalam perkembangan IT. Alasan pemasaran menjadi pertimbangan utama, dalam hampir setiap kegiatan berbasis IT.
Jika pada masa sebelumnya, penggunaan telepon selular merupakan kemudahan yang hanya dapat dinikmati golongan atas saja, maka kini ia sudah bisa dinikmati oleh golongan menengah bahkan golongan ekonomi rendah. Jika dulu telepon seluler hanya berperan sebagai media komunikasi mouth to mouth (dari mulut ke mulut), namun kini berbagai fitur bisa dinikmati via telepon seluler. Orang bisa mengirimkan pesan text, gambar, bahkan mengakses internet, yang dulu cuma bisa dilakukan saat menghadapi layar monitor komputer.
Teknologi telekomunikasi, merunut masa perkembangannya telah melewati tiga generasi (1G, 2G, 3G). Generasi pertama melahirkan teknologi AMPS, yaitu teknologi yang dikenal menggunakan sistem analog. Teknologi telekomunikasi AMPS yang dikenal sebagai teknologi 1G ini masih memiliki banyak keterbatasan, seperti : kapasitas traffic yang kecil, server berkemampuan minim untuk menampung banyak pelanggan, dan penggunaan spektrum frekwensi yang banyak, dan hanya bisa melayani komunikasi mouth to mouth, atau voice with voice saja.
Melanjutkan kejayaan era 1G, teknologi telekomunikasi bergerak menuju era berikutnya, yang kental dicirikan dengan digitalisasi teknologi. Era digitalisasi yang dikodifikasi sebagai era 2G ini membuat komunikasi tidak hanya bisa dilakukan secara verbal, atau voice with voice saja. Dalam era 2G, pengguna telepon seluler mengenal fasilitas 'short message system' (SMS), yang mampu mengirimkan pesan text, dengan laju kecepatan maksimal 9600 bps (bit per second). Kapasitas traffic yang besar, kemampuan server menampung banyak pelanggan, membuat pengguna teknologi telekomunikasi canggih di era 2G ini semakin banyak dan plural.
Sebelum era 3G, sebetulnya ada satu lagi era perkembangan teknologi telekomunikasi, yang sering dikodifikasi, dengan setengah kelakar, sebagai era 2,5 G. Era 2,5 G ini merupakan era penyempurna teknologi 2G, dimana kemampuan pemindahan data jauh lebih cepat, serta ditemukan dan dikembangkannya aplikasi �General Packet Radio Service� (GPRS). GPRS merupakan teknologi yang disisipkan di atas jaringan GSM, untuk menangani komunikasi data pada jaringan. Dengan kata lain, lewat penggunaan GPRS, komunikasi data dan komunikasi suara dapat berjalan dengan serentak. Pembagiannya : GSM digunakan bagi pemindahan komunikasi suara, manakala GPRS digunakan bagi pemindahan komunikasi data.
Kini kita memasuki era 3G, suatu era di mana kemampuan layanan data dari teknologi generasi-generasi sebelumnya, dioptimalkan kemampuannya sedemikian rupa. Optimalisasi teknologi telekomunikasi di era 3G ini terletak pada kecepatan memindahkan data, dengan kemampuan dua Mbps (Mega bit per second), sedang data-datanya terdiri dari : aplikasi gambar, video, dan semua file-file yang dikemas secara digital. Dengan kemampuan tersebut, di era 3G ini, para pengguna telepon seluler bisa menikmati siaran televisi, nonton video atau mengakses e-mail dan situs internet. Salah satu differensiasi era 3G dengan era-era sebelumnya adalah, bakal tergesernya trend SMS dalam komunikasi dua-arah, oleh trend teleconfrence yang memungkinkan sesama pengguna telepon seluler bisa saling bertatap muka lewat layar handphone. Waw ! Sungguh menakjubkan bukan ?
Perkembangan Iptek, terkait teknologi informasi, wa bil khusus teknologi telekomunikasi, selama ini telah menimbulkan efek positif yang konstruktif, tapi juga menimbulkan efek negatif yang destruktif. Efek negatif yang destruktif disebabkan oleh : perkembangan keimanan dan ketakwaan (Imtaq) tak seiring dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Penguasaan atas Iptek malah digunakan untuk mengakali prosedur-prosedur yang jujur, maka lahirlah cyber crime : pembajakan credit card. Penguasaan Iptek malah digunakan untuk memuaskan hasrat hedonistik, maka lahirlah cyber porn : penyebaran aktivitas penyimpangan seksual dalam bentuk teks, gambar, maupun audio visual.
Keadaan ini sepatutnya menjadi perhatian para praktisi content provider, terutama mereka yang punya atensi dan kapasitas lebih di bidang moral, untuk menyajikan produk-produk teks, gambar dan audio visual yang siap diserap dalam aplikasi e-learning bervisi Imtaq. Produk-produk layanan teks, gambar dan audio visual itu tentunya memerlukan pemikiran dan kreativitas tinggi, agar operator seluler juga tak ragu-ragu untuk menjajaki kerjasama, dan yakin pasarnya ada dan tidak akan merugi. Memprihatinkan, jika tak ada yang memperhatikan pengayaan fitur digital yang hirau kepada nilai-nilai moral. Lebih memprihatinkan lagi bila pada saat ini sumberdaya muslim juga tidak tersedia, untuk mengelola dan menangani proses pengayaan konten seluler tersebut. Itu artinya, kita memang tidak siap memerangi proses pendangkalan Imtaq yang dikemas melalui kecanggihan Iptek. Menyedihkan sekali, jika era 3 G ini malah makin menyurukkan kita ke dalam 'kubangan' dunia yang dekaden. Dunia dimana cyber crime, cyber porn, kian tumbuh dan berkembang pesat. Sehingga Iptek kemudian hanya menjadi guillotine yang tajam memenggal Imtaq. Na'udzubillah.



Oleh: Qurrotul Uyun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar